Dua tahun dua bulan saya
mengikuti program bakti, tepatnya sekitar April 2013, BCA membuka program PDCK
bagi para bakti yang sudah S1 atau sudah berkuliah hingga semester 6 dan telah
menjalani masa bakti minimal 1 tahun. Sebelumnya BCA sudah mengadakan program
ini, tapi hanya ditujukan bagi para lulusan S1. Saat itu saya sudah menginjak
semester 7 dan atasan saya mempromosikan saya untuk mengikuti program tersebut.
Agak lama setelah saya mengirim surat pengajuan PDCK barulah saya dan tiga
rekan secabang dipanggil untuk mengikuti tes pada hari sabtu di Slipi.
Tes PDCK ini sebetulnya sama
dengan tes bakti, tapi mungkin standarnya saja yang dinaikkan karena tidak
semua peserta lolos dari tes ini.
Oh ya, ada satu kejadian dimana
lembar soal saya sudah terisi jawaban, spontan saya langsung menutup kembali
lembar itu dan melapor pada pengawas. Saya cukup kaget lembar soal itu bisa
terlewat oleh mereka.
Setelah psikotest hingga siang,
akhirnya sekitar jam 12 kami diberikan makan siang sambil menunggu pengumuman
lulus tidaknya kami semua. Selama istirahat saya sempat mengobrol dengan
rekan-rekan saya. Ada satu rekan saya yang ternyata tidak memahami perintah di
soal yang diberikan tapi dia tidak mau bertanya. Dan juga ketika pengawas
memberikan contoh di layar proyektor, rekan saya ini memiliki minus mata yang
tinggi dan dia duduk di deretan paling belakang tapi dia tidak mau maju ke
depan. Saya sangat menyayangkannya karena tentu saja hal ini akan merugikan
dirinya sendiri.
Seperti biasa pengumuman
ditempelkan di pintu ruang tes dan saya menemukan nomor peserta saya. Puji
Tuhan saya lulus ke tes berikutnya bersama satu rekan saya. Sementara rekan
yang saya sebutkan sebelumnya dan yang seorang lagi harus terhenti
perjuangannya. Dari puluhan orang, hanya belasan saja yang lolos.
Di tes berikutnya ini kami
diminta menggambar orang dan pohon, serta wartegg test. Setelah selesai
menggambar dan mengisi data diri, kami diminta menunggu untuk bergiliran
diinterview oleh pihak ketiga yang dipercaya oleh BCA. Adapun saya ditanyai
salah satu kekurangan yang saya tulis pada data diri saya…’mudah emosi’.
Saya diminta menceritakan dalam
keadaan seperti apa biasanya emosi saya muncul dan apa yang saya lakukan bila
sudah demikian. Untung saja saya berdoa sebelum menjalani tes dan interview ini
sehingga saya tetap tenang. Kekuatan doa memang sangat diperlukan. Doa
memberikan ketenangan dan saya merasa dibimbing dalam menjawab tiap pertanyaan
yang diajukan.
Setelah interview pertama ini,
berikutnya saya dipanggil untuk interview dengan pihak intern BCA. Waktu itu
saya diinterview oleh dua orang ibu dari kantor pusat dan untungnya saya pun
dapat menjawab setiap pertanyaan.
Saran dari saya bila interview,
jangan takut melihat mata orang yang mewawancara kita dan jangan menunduk saat
bicara. Percaya dirilah dan yakin akan kemampuan anda.
Kabar menggembirakan tiba ketika
saya dipanggil untuk medical check-up di Indofood Tower karena banyak yang
mengatakan bila hanya tinggal tes ini, maka kemungkinan besar saya lolos di
PDCK. Dengan diantar kekasih tercinta saya tiba di klinik Miracle setelah
sekitar dua tahun yang lalu mendatangi tempat ini bersama mama. Tes
kesehatannya masih sama seperti dulu. Bedanya suster yang memeriksa tensi darah
saya mengatakan bila tensi saya rendah dan saya harus sering olahraga. Wahh
ketauan dehhh….hehehehee